Syair Nyaman Feby Putri
Di Konsert Feby Putri Vol 2, “Detik.Menit.Jam”, Live in Kuala Lumpur yang memulai perkenalan.

Oleh Zurina Waji

“… kerana rasa ingin tahu yang menggaru, saya memutuskan untuk meredah dan menyaksikan persembahan gadis dengan nama sebenar Feby Putri Nilam Cahyani ini. Apakah karya Feby akan memberikan saya cinta pandang pertama?”

FEBY Putri tidak memberikan muzik pilihan saya, makanya saya tidak begitu ambil pusing tentang kehadiran gadis asal Makassar, Sulawesi Selatan ini walaupun terdengar bagaimana dia memberikan Kuala Lumpur sebuah konsert sold out, tahun lalu.

Tapi sold out lagi buat kali kedua?

Justeru, Konsert Feby Putri Vol 2, “Detik. Menit.Jam”, Live in Kuala Lumpur, juga anjuran Miebird Projects, membangkitkan rasa ingin tahu sehebat mana penangan diberikan penyanyi dan penulis berusia 24 tahun itu yang debut menerusi single Halu, lima tahun lalu.

Ada emosi agak gelap dibangkitkan Halu semasa kali pertama saya mendengarnya. Saya akui tertarik dengan karekter diberikan pada karya berkenaan, apatah lagi memikirkan usianya yang baru mencecah 19 tahun apabila ia dirilis.

Biar masih asing bagi saya, secara peribadi saya percaya pemuzik berhijab ini punya bakat semulajadi yang tidak boleh diremehkan. Setidak-tidaknya hampir 2,600 audiens yang memenuhi Zepp Kuala Lumpur, baru ini, pasti menyetujuinya.

Usai persembahan oleh Megat Fazly, penampakan Feby di pentas Kuala Lumpur mengundang sorakan dan tepukan gemuruh daripada para penggemarnya, rata-rata dalam kalangan anak-anak muda.

Saya hanya dapat menduga kesederhanaan penampilannya, baik dalam berpakaian mahu pun bicara, antara yang mengundang senang.

Atau, mungkin saya harus perbetulkan tentang pakaian, agak drama dan sedondon dalam nada biru dengan para pemuzik yang mengiringi, jadi teringat pada Rhoma Irama dan Soneta Group yang lebih dulu menguasai persada muzik Indonesia.

Jarang sebetulnya untuk saya hadir ke sesebuah konsert tanpa mengenali karya, namun kerana rasa ingin tahu yang menggaru, saya memutuskan untuk meredah dan menyaksikan persembahan gadis dengan nama sebenar Feby Putri Nilam Cahyani ini.

Apakah karya Feby akan memberikan saya cinta pandang pertama?

“… timbal balik kepada karya-karyanya yang mengisi ruang hati dan perasaan mereka. Ia malah sempat membuat jantung Feby berdetak deras sepertimana yang dapat didengari pada gugup bicaranya kala menyantuni Kuala Lumpur.”

BUAT TIDUR ATAU HEALING?

Saya cuba menikmati malam dengan pemikiran, antara kenyataan beberapa penggemar muzik melewati separuh abad yang menyifatkan “lagu-lagunya buat aku mengantuk” sedang ramai anak muda memandangnya sebagai “lagu healing.”

Tapi, healing? Sempat, saya senyum sendiri mengingatkan posting Ustaz Abdul Somad, pendakwah terkenal Indonesia yang berkata, “Sedikit-sedikit healing, sedikit-sedikit healing. Healing itu untuk penyembuhan orang sakit jiwa.”

Penerima Anugerah Murabbi Nusantra sempena sambutan Maal Hijrah, baru ini, bagi peringkat negeri Melaka, juga dipetik berkata, “Healing itu penyembuhan untuk orang yang stres. Orang kita ini suka sekali membuat suatu istilah yang dia pun tak faham.”

Tanpa Pamrih sebagai pembuka malam Feby dengan bait sederhana, namun dihimpun jadi bererti. Sama ada luahan, kadang tentang tidak bisa memiliki dan harus melepaskan perasaan itu tulus atau sebaliknya, saya tidak akan menidakkan keindahan seni baitnya yang diharap tambah matang dalam perjalanan.

Saya memilih untuk melihat keupayaannya pada syair mudanya menerusi lantunan yang menghantar pendengarnya ke keheningan suasana yang diberikan alam, mengundang kenyamanan perasaan walaupun ada ketikanya naluri mengingini digigit irama yang lebih keras.

Suka untuk lebih terbuka, malam itu memberi ruang untuk saya mendengarkan Andai Kata, Bagai Bulan Bintang dan Kembali Pulang, antaranya sementara menunggu giliran Halu, satu-satunya yang sempat saya dalami sebelum ke konsert.

Feby, saya kira, sangat dicintai para penggemarnya yang menebarkan vibrasi indah sebagai timbal balik kepada karya-karyanya yang mengisi ruang hati dan perasaan mereka. Ia malah sempat   membuat jantung Feby berdetak deras sepertimana yang dapat didengari pada gugup bicaranya kala menyantuni Kuala Lumpur.

Runtuh yang dilagukan, menyusuli Tangan-tangan Ucap Perpisahan, Liar Angin, Detik Menit Jam dan Rantau pada pengakhiran malam jadi antara judul yang meraih saya untuk terus memberi peluang.

Entah apakah saya akan menyertai lagi para penggemar Feby Putri di masa depan? Cuma jelas, saya tidak akan menepikan kenyamanan diberikan karya gadis ini kepada ramai penggemarnya sebagai anugerah yang harus diraikan.